Rabu, 27 Juni 2012

PANDANGAN PSIKOLOGI SOSIAL TERHADAP KEKERASAN ANTAR GENG MOTOR


PANDANGAN PSIKOLOGI SOSIAL
TERHADAP KEKERASAN ANTAR GENG MOTOR

Dalam teori psikologi sosial, dibahas mengenai interaksi sosial. Interaksi sosial menurut Herbert Blumer merupakan hubungan-hubungan sosial yang  dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Interaksi antara dua orang tersebuat  akan dimulai semenjak orang tersebut pertama kali bertemu. Hal tersebut diawali dengan saling menegur, berjabat tangan, dan berbicara.  Namun interaksi sosial juga bisa bersifat disosiatif, yakni mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik.
Komunikasi antar pribadi itu menimbulkan keakraban di antara kedua orang tersebut. Keakraban tersebut akan membawa menuju faktor daya tarik interpersonal yaitu kesamaan dan keakraban. Dimana menurut teori konsistensi kognitif Heider dijelaskan bahwa jika kita menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita, agar seluruh unsur kognitif menjadi konsisten. Orang akan merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain ketika mereka memiliki kesamaan sikap, hobi, nilai, latar belakang, dan kepribadian. Menurut teori penetrasi sosial Altman dan Taylor ketika mereka semakin lama semakin akrab, hubungan keduanya akan semakin dekat dan akrab.
Pengertian Geng Motor adalah sekumpulan atau sekelompok orang memiliki hobi bersepeda motor yang membuat kegiatan berkendara sepeda motor secara bersama sama baik tujuan konvoi maupun touring dengan sepeda motor. Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memnuhinya, sehingga itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Pengertian geng motor ini sebenarnya berawal dari sebuah kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang, namun belakangan geng motor semakin meresahkan masyarakat. Anggota geng motor tidak lebih dari anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua mereka. Mereka itu ingin cari perhatian dan dipuji-puji rekan satu gengnya karena di rumah tidak mendapat kasih sayang orang tua.  Perlu dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio. Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadiraja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip oleh pengendara lain.
Geng motor mulanya kumpul-kumpul sesama pecinta motor, kemudian berubah jadi geng yang beranggotakan puluhan bahkan ratusan orang. Di jalanan, mereka membentuk gaya hidup yang terkadang menyimpang dari kelaziman demi menancapkan identitas kelompok. Ngetrack, kebut-kebutan, dan tawuran adalah upaya dalam pencarian identitas mereka.
Namun, meskipun di antara mereka anggota geng motor yang memiliki kesamaan dan keakraban serta solidaritas yang tinggi, hal tersebut tidak dapat menghindarkan  mereka dari terjadinya konflik dalam hubungan pertemanan tersebut. Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam perselisihan atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut (Tim Sosiologi, 2002).
Konflik tidak hanya dapat terjadi dalam satu kelompok saja, namun dapat juga konflik antar kelompok bahkan sampai mencelakai orang-orang disekitarnya. Konflik tersebut dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya bila salah satu pihak diantara mereka mempunyai perpedaan pendapat, atau konflik dapat timbul karena perilaku-perilaku yang khas dari mereka.
Dalam artikel ini, yang diangkat adalah kekerasan yang terjadi antar sesama geng motor dan orang-orang disekitarnya. Belakangan ini kelompok-kelompok geng motor telah berubah dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi hobi menganiaya orang, hobi melakukan aksi perampokan, bahkan sampai membunuh orang. Dari permasalahan perkelahian dan pembunuhan tersebut, apabila dikaitkan dengan teori psikologi sosial, maka bisa dikatakan bahwa hal tersebut termasuk perilaku-perilaku agresi. Menurut Baron dan Byrne (1984) mengatakan bahwa perilaku agresi adalah suatu bentuk perilaku yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan orang lain dengan segala bentuk perilaku kekerasan baik itu secara fisik  ataupun verbal.
Secara umum menurut Myers (1996) ada dua jenis agresi, yaitu agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental agrgression). Agresi rasa benci atau agresi emosi, merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku jenis ini disebut juga dengan agresi jenis panas. Dalam agresi ini pelaku tidak memikirkan atau memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat. Lain halnya dengan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain, yang pada umumnya tidak disertai emosi bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi, jadi tujuannya adalah untuk mencapai tujuan lain. Dari kasus kekerasan yang terjadi antar geng motor ini, termasuk dalam jenis agresi rasa benci atau emosi, dimana antar kelompok satu dengan kelompok lainnya jika terjadi perselisihan, mereka lebih mengutamakan emosi dan bertindak yang berujung kekerasa yang tanpa mereka pikirkan dampak atau resiko yang akan terjadi.
Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku agresi adalah adanya pengaruh kelompok (Sarwono, 1999). Mereka dapat ikut terpengaruh oleh kelompok dalam melakukan perilaku agresi. Biasanya anggota-anggota kemlompok itu terpengaruh karena adanya desakan dari kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut melakukan dianggap bukan anggota kelompok) dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku agresi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar